Breaking News

Menelisik Personal Branding Calon Walikota


Mengelola personality dizaman yang dinamis ini tak bisa sekadarnya, namun harus dikelola dengan sisematis dan masif. Apalagi bagi seorang yang akan "menjual diri" ke pasar yang lebih kompetitif seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada). Tulisan kali ini saya ingin mengulas perihal personal branding beberapa calon yang sudah tampil ke publik. Para ahli brand sepakat bahwa personality itu adalah brand, brand itu yang nama, merek dan selayaknya dikelola sebagaimana sebuah brand.

Jika mengamati tiga calon Walikota Serang, yaitu Najib Hamas, Wahyudin Djahidi dan Purbo Asmoro masing-masing memiliki personal branding yang berbeda. Saya mohon maaf baru mengulas ketiga calon ini mengingat yang lain sampai pekan pertama Mei 2017 belum terdengar masif pencalonannya.

Najib Hamas dengan tagline Menuju Kota Serang Baru, Wahyudin Djahidi dengan tagline Kota Serang Keren dan Purbo Asmoro dengan tagline Puas. Strategi personal branding sang calon paling tidak bisa dibaca dari tagline yang mereka pasarkan. Najib Menuju Kota Serang Baru, misalnya, dalam berbagai aktivasi brandingnya, memang belum begitu jelas Kota Serang Baru seperti apa yang akan dijual Najib sebagai pembeda dengan calon lain.

Oleh karena belum jelas maka berdampak pula terhadap aktivasi brandingnya, baik aktivasi melalui event, advertising, media planning maupun public relation. Sejauh ini masih mengadopsi kebiasaan yang telah dilakukan PKS sebelumnya, mulai berkunjung ke warga, membuat spanduk dan banner. Namun belum ada "gong" yang ditabuh dari aktiviasi branding Najib sehingga belum memberikan efek wow.

Aktivasi branding Najib masih terlihat standar belum bisa memvisualisasikan personality Najib secara highligt yang bisa membuat pasar dalam konteks ini pemilih bisa "ngeh". Komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui advertisingnya pun belum ngeBuzz, artinya promosi melalui iklannya masih standar baik dari desain terutama dari sisi konten, Masih ada waktu untuk mengcreate personal branding calon, meski dengan sisa waktu yang mepet maka tim lebih bekerja ekstra termasuk menyiapkan budget yang bisa mensupport brand tersebut.

Memang tidak mudah untuk melakukan aktivasi branding karena banyak hal yang mesti dipersiapkan, mulai dari ide, tim sampai kepada budget yang tersedia. Sementara itu, Wahyudin Djahidi sedikit terang jika dikaitkan dengan konteks personal branding yang ditulis dalam taglinenya, Kota Serang Keren.

Dari sisi advertising, aktivasi brandingnya sudah sesuai, dimana dalam banner yang dipromosikan Wahyudin sudah memenuhi beberapa hal dalam konsep branding, diantaranya desain banner yang klop dengan tagline keren yang ia bawa. Ada gambar gedung, font yang pelangi menggambarkan bahwa ia ingin membawa Kota Serang Keren seperti yang ada dalam advertisingnya.

Sementara dari aktivasi branding melalui eventnya pun Wahyudin jauh lebih hidup. Ia menyelenggarakan lomba Andai Aku Jadi Walikota. ini merupakan komunikasi pemasaran yang dilakukan Wahyudin melalui event dan klop dengan tagline yang ia bawa yaitu Keren. Seperti yang saya katakan diatas, untuk membranding membutuhkan biaya dan ini yang terkadang beberapa calon keteteran melakukan personal branding.

Meski demikian, Wahyudin masih lemah dari sisi public relation sehingga visualisasi Keren yang ia jargonkan tidak masif tersebar meski di sosial media mulai berlari dengan menggunakan facebook berbayar sehingga mampu menjangkau ribuan akun. Ini bagian dari upaya Wahyudin menutupi kelemahan dari public relationnnya.

Sementara itu, Purbo Asmoro calon dari Partai Amanat Nasional baru-baru ini mengupload tagline Puas. Karena ini tagline baru jadi belum setenar Najib dan Wahyudin. Srategi personal branding yang dilakukan Purbo jika dilihat dari desain komunikasi pemasaran melalui advertising maka ada pesan bahwa ia ingin membuat masyarakat puas, artinya ia ingin menciptakan pelayanan yang memuaskan bagi warga Kota Serang.

Namun demikian, tagline yang bagus tidak akan ada artinya jika aktivasi branding yang dilakukan tidak sistematis apalagi melenceng dari tagline. Tagline ini mirip kompas, karena ia sebagai panduan ketika menjual diri baik dari sisi konten kampanye, iklan baik indoor maupun outdoor, event, public relation maupun media planning.

Diujung tulisan saya ingin memberikan saran kepada para calon sesuai dengan studi penulis perihal komunikasi pemasaran dan pengalaman sebagai seorang jurnalis yang sering terlibat dalam event Pilkada, Ada beberapa hal terkait personal branding, pertama yang harus dipahami adalah bahwa diri mereka adalah brand, merek, nama maka selayaknya diperlakukan sebagaimana sebuah merek.

Ketika bicara brand maka mereka harus mengerti bahwa fungsi brand adalah sebagai pembeda antara diri kita dengan yang lain. Selanjutnya,  dalam melakukan personal branding hendaknya calon memegang ritme marketing yang sesuai dengan brand yang disepakati dan diwujudkan dalam tagline. Aktivasi branding itu melalui lima hal, yaitu advertising, event, public relation, media planning dan sales promotion.

Kelima hal di atas memiliki karakternya masing-masing tetapi harus tetap mengacu pada brand yang telah disepakati. Jika tidak maka upaya membangun personal branding akan terlihat sumir, tidak jelas. Personal branding ini penting, bukan saja bagi sang calon tetapi juga bagi pasar dalam konteks ini pemilih karena kita akan melihat jelas perbedaan antara calon yang satu dengan lainnya.

Mengenai pembahasan advertising, event beberapa sudah aku tulis sebelumnya. Meski tulisan itu menggunakan sample produk, tetapi secara basic teori bisa diterapkan dalam konteks personal branding seseorang.

PENULIS | KARNOTO
KONSULTAN BRAND | FOUNDER BANTENPERSPEKTIF



Type and hit Enter to search

Close