Persaingan antar daerah semakin kompetitif. Hal ini disebabkan adanya kemiripan potensi daerah yang akan dipasarkan kepada publik. Untuk itu dibutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat dan kreatif.
~ Karnoto ~
Pada awal muncul otonomi daerah sebagian masyarakat kaget karena khawatir undang-undang tersebut hanya akan memunculkan raja-raja kecil. Sepuluh tahun pertama memang kekhawatiran itu seperti benar adanya karena banyak kepala daerah yang terpaksa berurusan dengan hukum, karena mereka tersangkut pidana korupsi.
Namun seiring berjalannya waktu, rasa khawatir itu secara pelan menghilang dengan munculnya sejumlah kepala daerah yang tampil dengan mempesona. Mereka tak lagi menggunakan culture birokrasi dalam pemerintahan, melainkan culture wirausaha diamana pemerintah tak lagi sebagai katalistor melainkan fasilitator.
Munculnya Ridwan Kamil di Kota Bandung, Risma di Kota Surabaya, Azwar Anas di Kabupaten Banyuwangi menjadi hentakan para kepala daerah bahwa pengelolaan potensi daerah telah memasuki babak baru.
Strategi komunikasi pemasaran daerah pun menjadi keniscayaan, seperti halnya mengelola sebuah perusahaan maka dibutuhkan kreativitas dan energi yang menyatu antar stakeholder, mengingat kompetisi antar daerah semakin dinamis.
Kepala daerah sekarang tak hanya dituntut bersih, namun juga kreatif jika ingin menjadi kepala daerah yang dianggap sukses. Manajeman pemasaran potensi daerah tak bisa lagi dikelola dengan culture birokrasi, melainkan culture wirausaha. Salah satu contohnya adalah sektor pariwisata, dimana manajemen pemasarannya tak bisa menggunakan cara-cara lama yang mengandalkan cara-cara konvensional.
Atau potensi ekonomi suatu darah juga tak bisa dikelola asal-asalan, terutama manajemen komunikasi pemasarannya. Tak sedikit daerah yang memiliki potensi luar biasa tapi tak mampu mendongkrak secara berarti perekonomian daerah tersebut. Namun ada pula daerah yang minim potensi tapi ternyata dengan strategi marketing communication yang tepat mampu menjadi penambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ada beberapa tools komunikasi pemasaran yang bisa dipakai para kepala daerah, yaitu melalui event, advertising, public relation dan media planning. Semua bauran itu harus berjalan sinergis dan beriringan dengan satu brand utama. Selama ini saya memerhatikan, ada ketidakkompakan dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan beberapa daerah.
Baca Juga:
Nuraeni Mulai Lakukan Serangn Udara
Ayo Siap-Siap Shalat Gerhana Bulan
Misal, ada visi kepala daerah yang menginginkan sektor wisata jadi brand utama, namun dalam pelaksanaanya stakeholder baik pemerintah maupun non pemerintah justru semangat menggenjot sektor lain. Akibatnya, sektor wisata tidak bisa dibranding secara manis.
Padahal, idealnya sebuah daerah harus melakukan strategi komunikasi pemasaran berdasarkan city branding daerah tersebut. Inilah yang saya maksud bahwa pengelolaan daerah tidak lagi mengandalkan culture birokrasi, melainkan culture wirausaha.
Penulis | Karnoto
Founder | Maharti Networking
Social Footer