Anak Muda Banten Jangan Jadi Komoditi Politik Elit
BANTENPERSPEKTIF.COM, PANDEGLANG --- Pemuda di Banten saat ini yang bekerja dalam bidang apapun ujung-ujungnya lari ke politik. Karena orientasi kerja dan karyawanya untuk gerbong politik maka bila terjadi perbedaan politik anak-anak muda enggan berkolaborasi dengan anak-anak muda dari kelompok lain. Tak hanya itu, anak-anak muda di Banten seringnya hanya sekadar menjadi komoditi politik para elit.
Demikian dikatakan Ade Wahyudi, dari Pelita Desa saat menjadi narasumber pada acara Ngakuel Akal Edisi VII yang diselenggarakan oleh RAI. Menurut kreator poepasar.com tersebut harus ada revisi "kurikulum" organisasi kepemudaan.
Sementara itu, pembicara lainnya yaitu Ahmad Bachtiar Faqihuddin dari RAI, menyebut pemuda saat ini memiliki karakter yang lemah, suka membeo, mengukur keberhasilan dari materi dan nirmakna, bahkan tidak memiliki idealisme.
"Anak-anak muda harus mapan. Dia harus mandiri dan berkecukupan. Karena anak muda yang mandiri bisa menghidupi idealismenya, bukan malah menggadaikanya." ujar mahasiswa UIN SMH Banten yang berbisnis travel ini.
Pada kesempatan yang sama, Nana Lesmana, Ketua Yayasan Cahya Qurani mengapresiasi aksi Ade Wahyudi yang mengolaborasikan anak-anak muda di berbagai desa di Kabupaten Pandeglang ke dalam spirit pengabdian. Katanya, kerja-kerja anak muda, selain menguntungkan secara finansial, juga harus berdimensi sosial.
Direktur Eksekutif RAI, Atih Ardiansyah,mengatakan bahwa anak-anak muda tidak akan bisa bekerja optimal bila bekerja sendiri. Anak-anak muda harus berkolaborasi, bukan hanya dengan anak-anak muda lainnya, melainkan dengan generasi di atas mereka (generasi X dan generasi baby boomers).
"Anak-anak muda zaman sekarang memiliki karakter yang kontradiktif. Di satu sisi fasih bicara perubahan, tetapi enggan mengerjakan hal-hal remeh. Berambisi tapi tidak fokus dalam mengejar mimpi. Mereka berpendidikan tinggi, kaya ide, bervisi besar, tetapi kurang bersabar mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Itulah identitas anak-anak muda zaman sekarang. Mereka bukan single fighter tetapi kolaborator," katanya.
Makanya, tambah dosen Fisip UNMA tersebut, ruang-ruang diskusi harus diperbanyak agar anak-anak muda bisa saling bertemu, saling memotivasi. "Perlu ada banyak anak muda yang mengajak anak-anak muda lainnya untuk mau berdaya dengan mengandalkan kreativitasnya." pungkasnya.
Sumber | Press Release
Editor | Karnoto
0 Komentar