Beberapa bulan jelang pencoblosan intensitas serangan semakin gencar. Peluru opini mulai mendarat ke masjid - masjid dan mushola. Baru - baru ini "peluru" udara dilancarkan dalam bentuk Tabolid. Tabloid dengan nama Barokah ini diluncurkan ke masjid - masjid dan beberapa eksmplar telah mendarat.
Model serangan ini mirip Pilpres 2014 dimana ketika itu adalah Majalah/Tabolid Obor. Peluru udara ini dikemas dengan label Islami, yaitu Barokah", tetapi isinya justru mengarah kepada Prabowo.
Dalam konteks politik ini sebenarnya hal biasa, yang membedakan adalah respon terhadap serangan tersebut. Bagaimana cara menangkis, bagaimana cara agar peluru tersebut bisa menjadi senjata makan tuan.
Dalam beberapa lembar Tabloid Barokah yang beredar di sosial media, tabolid tersebut mengulas dan ingin membuat pemilih muslim ragu. Salah satunya adalah mengulas perihal Aksi 212.
Dikatakan dalam tabolid tersebut dengan judul yang diakhiri tanda seru, pesannya adalah ingin membuat para alumni ragu dengan 212.
Tapi dalam analisa saya, cara ini salah besar. Mereka menganggap psikologis umat Islam masih sama dengan 2014, padahal jelas kondisinya berbeda. Maka sering saya katakan, objek politik adalah manusia yang memiliki rasa, perasaan, fikiran dan akal bukan benda mati yang tidak bergerak, tapi hanya mengalami penyusutan secara ekonomis.
Mereka lupa bahwa Alumni 212 adalah mereka yang telah masuk kategori Middle Class Muslim (kelas menengah muslim) yang urusan perutnya sudah beres, terdidik ditambah melek teknologi.
Paling khas dalam lapisan middle class muslim adalah mereka memiliki banyak pertimbangan untuk memutuskan sesuatu, termasuk pilihan politik dan ketika mereka menerima informasi.
Mereka juga lupa bahwa ada kekuatan baru dalam dunia media sekarang ini, yaitu sosial media. Jika dulu, media mainstream paling anti mengutip omongan seseorang yang diambil dari sosial media, tapi sekarang banyak berita media mainstream yang menyomot kutipan seseorang di sosial media dan sudah menjadi hal lumrah.
Kekuatan sosial media juga power full. Orang bisa terkenal hanya gara - gara sosial media, sebaliknya orang bisa hancur juga bermula dari sosial media.Sangat power full.
Akal mereka juga lebih dominan ketimbang emosinya. Apakah Tabloid Barokah itu politisi, jelas politisi! Tabolid musiman ini dipastikan strategi udara untuk membuat opini. Siapa orang di balik layar, yang pasti mereka yang punya kepentingan politik.
Kepentingan politik tidak harus dia seorang politisi, tapi bisa seseorang yang dendam, bisa seseorang yang membidik jabatan tertentu atau bisa juga orang yang ingin mendapatkan keuntungan materi.
Jangan serangan yang begitu kentara dalam bentuk tablid, serangan politik yang menggunakan pesawat siluman pun sekarang bisa terdeksi. Adu otaklah yang sekarang sedang bekerja, bukan adu dengkul.
Dari otak inilahinformasi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tulisan, meme, foto dan video. Bagi siapa yang tidak mampu melakukan adaptasi maka pasti akan menjadi objek permainan, bahkan negara sekalipun.
Kanalnya pun bermacam - macam, bisa twitter, instagram, youtube atau facebook termasuk whatsapp. Maka siapa yang memiliki pasukan cyber terlatih, militan akan mampu menguasai arena pertempuran udara.
Jangankan personal, media mainstream pun sering ketetaran ketika melawan media sosial media, karena kecepatannya melebihi kecepatan media mainstream, sekali pencet maka akan meluncur ke publih dan jutaan orang akan melihat, jutaan telingan akan mendengar.
Dahsyatnya sosial media membuat cara serangan Tabolid Barokah tidak akan berjalan efektif, bahkan ini bisa menjadi senjata makan tuan.
Salam,
Karnoto
0 Komentar