BANTENPERSPEKTIF.COM, POLITIK - Supaya suaranya tetap bening sebaiknya lembaga swadaya masyarakat (LSM), media, sastrawan, budayawan, akademisi dan intelektual menjaga jarak dengan penguasa sebab mereka adalah alat kontrol bukan dikontrol.
Demikian dikatakan Gadis Arivia, Founder Jurnal Perempuan melalui cuitan di akun twitternya. Menurut Gadis, hal itulah yang menjadi d'etre seseorang atau lembaga yang menyandang profesi tersebut.
"Terlepas siapapun yang berkuasa, seharusnya LSM, media,sastrawan, budayawan, akademisi dan intelektual menjaga jarak dengan penguasa agar suara tetap bening.Sebab kita adalah alat pengontrol bukan dikontrol.Inilah raison d’être kita sesungguhnya," tulisnya.
Cuitan gadis tersebut ditanggapi beragam netizen. "Mereka juga butuh makan dan pemerintah punya makanan," tulis netizen atasnama Ali RBRN. Bahkan seorang netizen lain memberikan komentar sembari tag ke sejumlah nama diantaranya Mahfud MD, Refly Harun dan Yusril Ihza Mahendra.
Terlepas siapapun yg berkuasa, seharusnya LSM,media,sastrawan, budayawan,akademisi dan intelektual menjaga jarak dgn penguasa agar suara tetap bening.Sebab kita adalah alat pengontrol bukan dikontrol.Inilah raison d’être kita sesungguhnya.
— Gadis Arivia (@GadisArivia1) 21 Mei 2019
Lalu siapa sosok Gadis Arivia ini? Dari penelusuran BantenPerspektif, Gadi Arivia adalah seorang doktor kelahiran New Delhi, India pada 8 September 1964. Ia adalah seorang aktivis gerakan perempuan. Alumni Doktor Filsafat Universitas Indonesia dan pendiri Yayasan Jurnal Perempuan.
Namanya mulai dikenal saat ia menjadi penggerak demonstrasi bersama para ibu untuk menyuarakan isu kelangkaan susu bayi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta pada Februari 1998 silam. Ia menggerakan dengan komunitas Ia pernah ditangkap polisi bersama Wilasih Noviana dan Karlina Leksono. (DBS/KNT)
0 Komentar