Dalam sebuah momentum fenomenal beberapa abad silam, yaitu menjelang Fathu Mekah atau Pembebasan Kota Mekah disana terlihat jelas peran public relation yang sangat berarti melumpuhkan lawan tanpa melalui perang.
Dalam buku The Arabic History dan The Great Story Nabi Muhammad digambarkan bagaimana Rasulullah SAW memainkan public relation untuk membangun opini publik terhadap kaum kafir yang berada di Kota Mekah.
Opini Pertama adalah berkemah di suatu titik dimana pasukan Rasulullah SAW terlihat jelas dari Kota Mekah. Ini untuk membentuk perspektif terhadap kaum kafir bahwa pasukan Muslim sudah cukup kuat. Saat itu itu pasukan yang dibawa menembus 10 ribu lebih dan jelas akan terlihat besar ketika berkemah disuatu titik yang tampak jelas dari Kota Mekah.Tujuannya tak lain menekan psikis lawan.
Opini Kedua, Rasulullah dan ribuan Muslim sengaja membuat obor saat kemah malam hari. Obor ini pun terlihat jelas dari Kota Mekah dan menunjukan bahwa memang pasukan yang dibawa cukup besar.
Opini Ketiga, saat perjalanan ke Kota Mekah pasukan Muslim terbagi dari empat sudut arah, dimana sudut itu ditentukan berdasarakan titik strategis yang menjadi lokasi paling ramai dilalui penduduk Mekah. Strategi ini untuk membangun perspektif terhadap orang kafir di Mekah sehingga kemanapun mereka melihat maka disana terdapat pasukan Muslim.
Opini Kelima, menghentakan kaki saat melangkah. Anda bisa bayangkan ribuan pasukan jalan secara bersamaan lalu kaki dihentakan dengan keras. Suaranya pasti akan terdengar nyaring dan bergemuruh sehingga menyiutkan nyali orang kafir di Mekah.
Opini Keenam, mengutus seorang sahabat untuk woro - woro kepada penduduk Mekah bahwa Rasulullah SAW telah datang membawa pasukan yang cukup besar. Sahabat ini sengaja diutus untuk menghebohkan penduduk Kota Mekah agar mereka panik sebelum Rasulullah SAW dan pasukannya tiba di Mekah.
Dan opini pamungkasnya dilakukan oleh Rasulullah SAW sendiri yaitu dengan sebuah statement cukup mengaggettan penduduk Mekah dan statement inilah yang menjadi ending dari strategi public relation dalam konteks Fathu Mekah.
Konten komunikasi publik yang dilakukan Rasulullah SAW mencengangkan dan membuat kagum dunia. Ia katakan "Tak ada penumpahan dari di Mekah, siapa yang berkumpul di Ka'bah maka dia selamat. Dan tak ada penjarahan atau rampasan terhadap harta penduduk Kota Mekah. Tak ada anak - anak dan perempuan yang tersakiti"
Konten inilah yang membuat haru biru penduduk Kota Mekah sehingga mereka berbondong - bondong ke Kaabah dan mencari keselamatan. Sebuah gambaran bagaimana Rasulullah SAW mengerti betul peran public relation dalam sebuah pergerakan.
Akibat peran Kehumasan yang cerdik, psikis orang kafir sudah tertekan sehingga pasukan Muslim menang tanpa melalui peperangan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW dalam konteks Kehumasan pada zaman kerajaan juga ditiru.
Hampir setiap kerjaaan membangun benteng tinggi dan ada pula raja yang membuat kolam buaya sebelum memasuki ruangan khusus sang Raja. Belum ditambah prajurit khusus yang menjaganya. Tujuannya tak lain adalah menekan psikis lawan. Dan ini pula yang dilakukan Nabi Sulaiman saat menjatuhkan psikis Ratu Balkis dengan membuat lantai tembus pandang.
Belakangan teori - teori tentang public relation diadopsi dalam ruang akademik yang kemudian kita sebut dengan nama Public Relation. Bahkan sekarang berkembang dalam teori Komunikasi Pemasaran Advertising yang membawahi public relation.
Dan konsep inilah yang sekarang dipakai oleh semua lembaga, mulai dari pemerintahan, lembaga sosisal, pendidikan apalagi lembaga politik.
Sebagus apapun event yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi tidak akan mampu menembus masyarakat luas jika tidak ada peran public relation. Dan sebenarnya peran PR bukan hanya mempublish sebuah event tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana membuat konsep dan mengeksekusi opini publik sampai hal teknis.
Sebab kerja humas bukanlah sekadar memanggil media untuk meliput acara, tetapi bagaimana menganalisa isu, membuat konsep dan mengeksekusi konsep yang telah ditentukan.
Dalam perkembangannya teori PR dipakai semua organisasi, baik politik, bisnis, sosial termasuk lembaga keagamaan. Hanya saja ada perbedaan antara mengelola PR pada lembaga politik, lembaga sosial dan lembaga pemerintahan. Memang secara substani sama, tetapi akan tampak terlihat jelas perbedaanya pada sisi konten yang disampaikan.
Disinilah seorang PR harus mengerti tentang teori - teori komunikasi publik, teori komunikasi pemasaran, advertising, komunikasi visual, mengelola event dan media planning sehingga tak sekadar terpublikasi tetapi pesan yang ingin kita sampaikan bisa didilevery sesuai target yang kita tetapkan.
Penulis : Karnoto
Kunjungi Website Personal di https://www.masnoto.com/
Social Footer