DocFoto/Pribadi |
BANTENPERSPEKTIF.COM, KEBIJAKAN - Kementerian Pendidikan Indonesia berencana memberlakukan New Normal disekolah - sekolah, namun ternyata sebagian orang khususnya kaum ibu masih khawatir mengingat pandemi Corona belum clear.
Beragam cara dilakukan para kaum ibu yang intinya supaya pemerintah meninjau kembali rencana tersebut termasuk menulis surat terbuka kepada Menteri Pendidikan Nadiem Makarim seperti yang dilakukan Novi Ridwan, seorang ibu rumah tangga asal Kota Serang.
Dalam surat terbuka tersebut Novi berharap Nadiem memikirkan kembali rencana tersebut. Ibu tiga anak ini khawatir ketika sekolah dibuka anaknya akan tertular virus tersebut.
Alasannya, orangtua tidak bisa memantau situasi di sekolah sementara sisi lain tidak mengetahui pula sang anak bersentuhan dengan temannya. "Kita tidak tahu teman anak kita habis pergian dari mana, tertalar atau tidak. Jadi mohon dipertimbangkan kembali," tulis Novi.
Berikut ini isi lengkap surat terbuka Novi Ridwan yang diupload diakun facebook pribadinya.
Bismillah
Dear Oom Menteri Pendidikan
Assalamualaikum Oom, perkenalkan nama saya Novi Siti Zubaedah, atau biar kita akrab panggil aja Novi. Saya seorang ibu rumah tangga biasa dengan 3 anak. 2 balita dan 1 remaja.
Gini Oom, saya kan gak tau yaa si corona ini bentukannya gimana. Cuma saya tau dari tipi kalo corona emang bahaya banget. Saya gak tau jelasnya si Oom karena tipi saya rusak sejak 9 bulan yang lalu, kesamber geledek Oom.
Saya denger awal Juni ini anak-anak disuruh ke Sekolah, dan sepertinya tahun ajaran baru sekolah sudah mulai biasa. Biasa sekolah seperti biasanya.
Jujur Oom, saya ngeri. Ada rasa gak terima untuk ngelepas anak saya ke sekolah. Takut? Iya. Saya gak tau anak saya akan megang apa aja, atau akan sentuhan sama siapa aja disekolah. Saya juga gak tau itu temen-temen anak saya ada yang abis dari mana aja atau kemana aja selama masa pandemi ini. Mau dilarang gak sentuhan? Kayaknya sulit Oom.
Oiya, anak saya kelas 6 SD. Laki-laki. Kebayang yaa Oom usia segitu setelah hampir 3 bulan beneran dirumah aja, terus ketika mereka "keluar" bakal kayak gimana? Mau saya sebut kayak kuda liar watir diserang maktijen yang budiman. Tapi yaa kira-kira sedikit banyak bakal begitu laah ya.
Saya disini gak ngomongin data yaa Oom. Karena saya gak pegang data. Saya disini cuma menuliskan kekhawatiran saya tentang anak yang (terpaksa tau dipaksa ya?) keluar rumah untuk sekolah. Udah siih Oom, setaun gak sekolah gak bakal auto bodoh juga kan yaa? Toh dirumah juga anak-anak tetep bisa belajar. Itu yaa Oom, bantu ibu jagain adik, beberes, nyapu, ngepel juga termasuk belajar kan Oom?
Belajar bukan cuma soal ABCD atau 1234. Adab dirumah terhadap sesama, menyayangi sesama, lebih mengenal diri sendiri juga termasuk belajar kan Oom. Biarlah mereka setahun ini belajar dirumah dulu, agar kelak jika mereka-mereka ini dewasa dan jadi pejabat negara macem Oom menteri mereka sudah tau adab dan sudah selesai dengan dirinya sendiri. Jadi gak plinplan menerapkan kebijakan.
Soal bisnis sekolah yang goyang kalo sekolah "cuti" setahun? Duh rasanya saya pengen ngomong "Bukan Urusan Saya" tapi koq yaa gak tega. Saya gak paham Oom soal bisnis sekolah. Soal guru yang tetap harus digaji dan soal wali murid yang tetep harus bayaran sekolah walau sekolah dirumah.
Anak saya yang nomor 2 tahun ini gak jadi masuk TK. Usianya pas 5 tahun. Sudah waktunya sekolah kan Oom? Tapi saya gak mau main-main sama nasib anak. Biarlah dia gak jadi masuk TK. Biarlah saya masih bisa mengajarinya dirumah sebisa saya. Saya tunggu sampe pandemi ini berakhir baru saya daftarkan sekolah.
Terus yaa Oom, pliss laah anak-anak gak usah dikasih beban dengan patokan nilai harus sesuai standar belajar disekolah, kan belajarnya juga dirumah. Kayak kemaren tuh, tugas dari A sampe Z ngejejer. Banyak yang ngeluh dah emak-emak senusantara.
Saya yakin Oom menteri bos Gojek ini punya pertimbangan sendiri atas semua kebijakan yang Oom keluarkan. Tapi tolong pikirkan keselamatan anak-anak kami Oom. Itu yang terpenting. Karena kami gak punya cadangan nyawa. Oom gak tau sih betapa hancurnya hati kami ketika anak kami sakit.
Saya Oom, liat berita anak kecil kena Covid aja saya mewek. Nangis sesenggukan dipojokan. Gak kebayang kalo itu anak sendiri. Gak kebayang itu hati ibunya ancur kayak apa pas anaknya dibawa ambulans dan dijemput sama petugas.
Sok Oom, pikirin lagi ini kelanjutan nasib anak bangsa. Generasi penerus lohh ini. Gak bisa dijadikan bahan percobaan. Mudah-mudahan tulisan ini nyampe ke Oom Menteri.
Salam
Novi Ridwan , emak anak 3 yang khawatir anaknya ke sekolah.
Pada bagian lain, proses pendaftaran sekolah di Banten masih dilakukan dengan cara online. Salah satunya adalah pendaftaran siswa baru di MTS Negeri 1 Kota Serang. Pendaftaran telah dibuka beberapa pekan lalu dan sekarang sedang proses seleksi berkas para calon siswa. (KNT)
0 Komentar