Memahami psikologi komunikasi dan psikologi massa menjadi urgen ketika kita melakukan komunikasi massa, karena jumlah orang yang diseru banyak. Ini berbeda dengan komunikasi antar personal, komunikasi interpersonal.
Adzan kali pertama dilakukan oleh Bilal bin Rabbah atas perintah Rasulullah saw. Ide dasar ini muncul ketika umat Muslim baru sampai di Madinah lalu tiba waktu shalat, tetapi belum tahu bagaimana cara mengajak shalat massa yang banyak. Tidak mungkin dipanggil satu persatu. Masalah ini pun lalu dibicarakan bersama antara Rasulullah saw, para sahabat dan umat Muslim ketika itu.
Banyak ide sebenarnya dari para sahabat, seperti memanggil dengan lonceng seperti yang dilakukan orang - orang Nasrani dan ada pula yang mengusulkan menggunakan tanduk seperti yang dilakukan orang - orang Yahudi.
Lalu muncul ide brilian yang disampaikan Umar bin Khattab yaitu agar ada salah satu diantara sahabat yang bertugas memanggil orang shalat supaya menjadi pembeda dengan umat lain. Ide ini disetujui oleh Rasulullah saw dan menugaskan Bilal bin Rabbah untuk melakukan itu dengan cara naik ke posisi yang lebih tinggi agar suaranya bisa didengar luas.
Ide Umar tersebut relefan dengan teori branding, dimana salah satu fungsi branding adalah sebagai pembeda selain fungsi kedua yaitu untuk memperkuat brand itu sendiri. Umar ingin mengatakan bahwa brand Islam itu berbeda dengan brand agama lain, maka aktivasi brandingnya pun harus berbeda.
Salah satu aktivasi brandingnya adalah adzan. Umar memang tidak mengenal teori branding, tetapi fikiran dasar itu adalah salah satu konsep teori branding yang sekarang dipakai untuk brand produk komersial, brand politik maupun personal brand.
Untuk lebih lengkapnya silahkan Anda search tentang sejarah adzan yang lengkap, karena pada tulisan kali ini saya ingin mengulas adzan dalam perspektif ilmu komunikasi. Kalau Anda belajar teori komunikasi maka adzan bisa dikategorikan sebagai komunikasi massa.
Nah, dalam komunikasi massa kita harus memahami psikologi komunikasi supaya pesan yang disampaikan lebih emosional dan mampu menggerakan. Nah, konten adzan telah memenuhi syarat komunikasi yang efektif.
Sekarang kita kaji dari sisi konten adzannya. Coba Anda perhatikan konten adzan di bawah ini
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)
Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2x)
Hayya 'alashshalaah (2x)
Hayya 'alalfalaah. (2x)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)
Laa ilaaha illallaah (1x)
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah
Marilah Sholat
Marilah menuju kepada kebahagiaan
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Tiada Tuhan selain Allah.
Kalimat pertama yang dikeluarkan adalah tentang eksistensi Tuhan, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Konten yang menggelegar dan mencuri perhatian publik. Ada pesan kuat disana yang ingin disampaikan kepada kaum Muslimin bahwa mereka (kita) tidak perlu khawatir karena kita punya backup yang maha besar dalam kehidupan ini yaitu Allah SWT.
Kalau Anda sering hadir dalam kampanye coba Anda lihat lebih jeli ketika tokoh utama datang ke panggung utama maka pasti ada teriakan disana, misalkan Hidup si A, hidup si B atau Si Fulan "Menang, Menang" dan lain sebagainya, eksistensi !
Kalimat pembuka pada adzan itu memang harus menggelar, menghentak sebagai opening agar massa terbangun dan perhatiannya bergeser ke kalimat itu. Ketika dalam sebuah kampanye politik, lalu tokoh utama turun dari mobil menuju panggung utama, apa yang dilakukan oleh orang di atas panggung?
Pasti akan meneriakan nama tokoh utama yang sedang berjalan menuju ke panggung utama sehingga perhatian massa fokus kepada tokoh utama itu, itu adalah cara efektif untuk melakukan komunikasi massa.
Itulah mengapa dalam strategi komunikasi, tokoh utama selalu dibelakangkan kehadirannya supaya apa? Supaya ketika dia datang massa bisa fokus melihat tokoh utama tersebut dan sang tokoh utama pun disorot oleh banyak mata termasuk media.
Karena yang akan digerakan jumlah orangnya cukup banyak maka kalimat utama sebagai opening haruslah menggelar dan mencuri perhatian sehingga massa tertuju pada kalimat itu. Kalimat selanjutnya adalah kesaksian kita kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan Allah SWT.
Dalam sebuah kampanye dimana komunikasi yang dipakai adalah komunikasi massa maka ketika tokoh utama naik ke atas panggung setelah mencuri perhatiannya maka komunikasi selanjutnya adalah mengajak massa untuk berkomitmen mendukungnya.
Kesaksian inilah inilah sebuah komitmen dan dalam komunikasi kesaksian ini untuk mengikat emosi masa yang hadir. Setelah diikat dengan komitmen baru konten selanjutnya massa atau kita umat Muslim diajak untuk shalat.
Hayya 'alashshalaah, Hayya 'alashshalaah ! Kenapa kalimat ajakan ini tidak ditempatkan sebagai opening seruan Shalat? Disinilah hebatnya, Rasulullah Saw seperti paham tentang teori psikologi komunikasi, paham tentang psikologi massa.
Kalau kalimat ajakan ini ditempatkan pada opening secara psikologis orang pasti tidak greget. Ujug - ujug kok mengajak shalat? Itulah mengapa adzan dibuka dengan kalimat menggelegar dan menghentakan yaitu Allahu Akbar, Alllahu Akbar !
Memahami psikologi komunikasi dan psikologi massa menjadi urgen ketika kita melakukan komunikasi massa, karena jumlah orang yang diseru banyak. Ini berbeda dengan komunikasi antar personal, komunikasi interpersonal.
Psiklogi komunikasi dalam adzan juga terlihat kuat pada kalimat Hayya 'alalfalaah, Marilah menuju kepada kebahagiaan. Ketika massa atau kita umat Muslim dihentakan dengan kalimat Allahu Akbar lalu disusul komitmen dan ajakan untuk shalat maka kalimat selanjutnya adalah memberikan informasi yang jelas soal imbalan bagi mereka yang mengikuti seruan itu.
Psikologi manusia akan mengikuti atau melakukan sesuatu kalau ada yang didapatkan. Adzan memberikan informasi soal imbalan itu dengan jelas, yaitu kebahagiaan ! Kita pasti bertanya dong ketika disuruh melakukan sesuatu, apa yang kita dapatkan? Dan itu ada dalam adzan, dahsyat sekali struktur kalimat adzan.
Lalu konten adzan pun ditutup dengan dua kalimat pengingat yaitu Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaah dan karena penutup dilafazkan hanya satu kali. Ini berbeda pada awal kalimat adzan diserukan dua kali.
Kenapa ditutup dengan kalimat seperti pembuka? Untuk memberikan kepastian bahwa seruan shalat dan yang berjanji memberikan kebahagiaan adalah Dia yang maha besar. Jadi seolah - olah Allah SWT ingin sampaikan kepada kita bahwa percayalah saya akan tunaikan janji saya kalau Anda melaksanakan Shalat.
Konten pada adzan sebenarnya dalam konteks politik dan bisnis sering kita dengar. Coba Anda perhatikan orang yang berjualan dan perhatikan kalimat yang diseru atau dipilih sebagai pembuka pasti kalimat menggelar, mencuri perhatian.
Bahkan dalam konten sebuah iklan pun itu dilakukan. Kalau Anda sering ke Jakarta dan melihat billboard yang melintang di tengah atau di pingir jalan maka ada beberapa iklan dari sejumlah brand.
Anda perhatian kalimat yang menjadi headline iklan itu pasti kalimat atau konten yang membuat mata kita mau melihat, misalkan iklan sebuah perguruan tinggi maka konten yang menjadi headline adalah "Beasiswa Rp 5 Miliar untuk Mahasiswa Baru".
Konten ini pernah saya lihat pada billboard yang ada dijembatan Kebon Jeruk, Jakarta. Billboard tersebut adalah iklan penerimaan mahasiswa baru Universitas Mercu Buana, Jakarta. Atau misalkan iklan perumahan, biasanya akan ditulis kalimat atau konten yang menggelegar pula seperti DP 0 Persen atau Rp 1 Juta Sudah Punya Rumah Mewah dan lain sebagainya.
Teori - teori komunikasi pemasaran ini menjadi kebutuhan urgen dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini. Dan ini sebenarnya teori yang pernah dipraktikan oleh Rasulullah saw dan para sahabat beberapa adab silam.
Hanya saja, dulu mungkin tidak mengenal istilah teori komunikasi pemasaran, teori komunikasi budaya, teori komunikasi massa, psikologi komunikasi dan lain sebagainya. Namun intisari dari semua teori itu sudah pernah dilakukan dizaman Rasulullah saw dan para sahabatnya dan salah satunya adalah kalimat adzan, uar biasa !
- Penulis Buku Speak Brand
- Founder BantenPerspektif.Com
- Mantan Jurnalis Radar Banten dan Majalah Warta Ekonomi Jakarta.
0 Komentar