Dunia hiburan tanah air tentu tidak asing dengan nama Ratih Sanggarwati. Dia seorang model, peragawati, pemain sinetron, bintang iklan, finalis Puteri Indonesia, mantan None Jakarta dan sederet prestasi di dunia hiburan lainnya pernah ia lakoni.
Tidak hanya itu, Ratih Sanggarwati juga diketahui sebagai seorang penulis produktif dengan genre mode. Beberapa karya buku Ratih Sanggarwati diantaranya, Tampil Anggun dengan Busana Muslim ala Ratih Sang, Jubah Ratih SAng dan Kiat Menjadi Model Profesional.
Pada tahun 2000, Ratih Sang memutuskan untuk mengenakan jilbab. Hal itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan kiprahnya di dunia hiburan Indonesia. Dan kini ia menjadi seorang politisi bergabung dengan Partai Gelora.
Ratih Sanggarwati diketahui menempati posisi strategis soal perempuan, yaitu sebagai Ketua Bidang Perempuan Partai Gelora Indonesia. Lalu seperti apa Ratih Sanggarwati bicara soal perempuan masa kini? Berikut wawancara BantenPerspektif.Com dengan Ratih Sanggarwati.
Apa Pandangan Bu Ratih tentang wanita?
Bagi saya perempuan itu adalah tiang negara. Bisa jadi negara menjadi tidak kuat karena para perempuannya tidak berdaya. Perempuan juga sebagai penentu generasi yang akan datang selain melahirkan, dia juga mendidik dan membesarkan mengasuh dan mengasihi sehingga terbentuklah sebuah sikap sifat dan karakter yang baik jika ibunya mendidik dan memberi contoh yang baik.
Apa pandangan Ibu tentang terbukanya ruang ekspresi bagi wanita seperti sekarang ini?
Terbukanya ruang ekspresi bagi perempuan untuk sekarang ini memang harus disikapi dan disyukuri dengan luar biasa, karena dengan ruang yang terbuka seperti ini perempuan bisa memberikan masukan masukan bisa memberikan pendapat - pendapatnya bisa juga mengeluarkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya sehingga dia bisa mencapai eksistensi yang diinginkan dimana pun berada.
Bicara wanita dan bisnis, bagaimana menurut Bu Ratih?
Perempuan berbisnis sekarang ini memang sangat maju dibandingkan kurun 10 tahun yang lalu. Sekarang ini perempuan berani merencanakan sistem pemasaran yang tidak biasa .
mereka mulai berani membuat inovasi -inovasi baru didalam bisnis mereka sehingga tidak bisa lagi bisnis perempuan itu dipandang enteng atau dipandang sebelah mata.
Bagaimana bu Ratih sendiri membagi waktu antara akutualisasi diri dengan tugas sebagai ibu rumah tangga
Tugas dalam rumah tangga itu semi mutlak sama juga semi mutlak bagi tugas perempuan dalam dunia aktualisasi diri di luar. Mengapa saya mengatakan semi mutlak karena dalam rumah tangga ada beberapa komponen yang bisa diajak kerjasama satu yaitu komponen suami yang bisa untuk sebagai partner lalu kemudian komponen anak - anak yang bisa juga diberi tanggungjawab dalam menjalankan kegiatan ataupun roda rumah tangga menjadi lancar.
Sementara untuk aktualisasi diri itu juga semi mutlak juga karena perempuan tidak bisa total maksimal di luar mengaktualisasi diri, karena juga ada tugas tugas rumah yang memang pada suatu saat tertentu tidak bisa didelegasikan kepada orang lain ataupun tidak bisa ditinggalkan dan dikerja kan oleh orang lain.
Saat saya harus konsentrasi bekerja maka pemikiran rumah saya beri lebih sedikit ruang dalam diri saya. Demikian juga sebaliknya saat saya bertugas dalam rumah tangga maka dunia luar saya beri ruang lebih sedikit.
Ditengah kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, bagaimana seharusnya para wanita memanfaatkannya?
perempuan sebaiknya memang dapat menyaring lalu kemudian juga dapat mulai cerdas dalam cara menyampaikan pendapatnya melalui media sosial, karena media sosial itu. Jika teman kita ada 5.000 dalam medsos, ibarat kita berdiri di atas panggung di depan 5.000 orang di alun alun kita bicara didengarkan oleh 5000 orang sebaiknya tidak salah dalam berbicara kita berpakaian dilihat oleh 5000 orang di alun alun maka harus berpakaian yang pantas.
Dan sebaiknya para perempuan juga bisa memilah dan memilih mana yang pantas dan mana yang tidak diberitakan atau disampaikan melalui medsos. Ada yang urgen, ada yang tidak bahkan ada yang tidak boleh sama sekali disampaikan di medsos.
Sayangnya banyak perempuan yang menganggap medsos sebagai buku harian sakhirnya semua persoalan hidupnya tumpah ruah di medsos. Bisa jadi karena memang belum banyaknya mereka mendengarkan ataupun mendapatkan pendidikan tentang etiket-net dalam bersosial media hingga banyak yang tidak tepat dalam menggunakan media sosial untuk ekspresikan diri mereka
Apa harapan Ibu dengan Partai Gelora Indonesia kedepan?
Saya dapat berlenggang dengan visi dan misi yang besar dalam Partai Gelora. Saat Partai Gelora menawarkan "Arah Baru"maka pilihan tidak ada yang lain.
0 Komentar