Hidup dalam suasana perang tentu saja ada tangis, kesedihan dan kepiluan. Dan itu pasti mewarnai rakyat Palestina termasuk perempuan Palestina.
Sudah berapa banyak wanita Palestina yang terpaksa menjanda karena suaminya syahid. Berapa banyak perempuan Palestina kehilangan anak - anaknya, orangtuanya bahkan dirinya sendiri.
Kegetiran ini tentulah bukan hal asing bagi Indonesia karena perempuan Indonesia pun pernah mengalami apa yang dialami perempuan Paletina saat masa penjajahan. Makanya wajar kalau Indonesia benar - benar emosional melihat penjajahan Israel di Palestina karena Indonesia pernah merasakannya.
Perasaan ini kemudian dilegalkan dalam konsensus para pendahulu bangsa dengan kalimat "Bahwa penjajahan di atas muka bumi harus dihapuskan". Karena Indonesia pernah merasakan bagaimana perihnya dijajah.
Perempuan Palestina sadar bahwa tidak pernah tahu kapan perjuangan merdeka negaranya akan berhasil, kapan suar ledakan tak terdengar lagi. Dan pilihannya cuma satu yaitu berjuang.
Mereka juga tahu risiko turun di medan tempur, yaitu kematian. Tapi jalan ini lebih mulia ketimbang terdiam apalagi meratapi dan menyesali, toh ada jaminannya yaitu surga karena masuk kategori mati syahid.
Tak ada kerugian bagi mereka yang berjuang mempertahamkan negaranya, hidup mulia atau mati syahid. Itulah cita - cita tertinggi seorang Muslim. Bukan hidup dalam kehinaan atau mati sia - sia.
Perempuan Palestina ada yang syahid dengan profesi seorang dokter, mahasiswi, ibu, jurnalis dan guru serta lainnya. Dengan persenjataan apa adanya perempuan Palestina bangkit dan melawa.
Senjata mereka terkadang balon udara, ketapel, batu, kamera dan peralatan kesehatan. Sebisa - bisa mereka karena yang terpenting adalah melawan.
Saya semakin paham mengapa Palestina sampai sekarang masih kokok menunjukan perlawanan, salah satunya adalah karena perempuan Palestina adalah pejuang.
Jangan menyangsikan senjata yang mereka gunakan untuk melawan Israel, jelas tidak seimbang. Tapi, bukankah dulu para pejuang Indonesia juga memakai bambu runcing dan merdeka.
Perempuan Palestina meyakini bahwa tugas yang dibebankan kepada mereka adalah berjuang sekuat tenaga, soal kapan merdeka itu urusan Allah swt. Boleh jadi, sampai mereka tua bahkan meninggal masa - masa perjuangan akam tetap ada.
Karnoto
0 Komentar