Detik - detik kemenangan Palestina atas Israel terjadi sejumlah peristiwa yang bombastis sekaligus strategis. Dukungan terhadap Palestina dari dunia Eropa bahkan Amerika Serikat luar biasa masif. Ini tidak terjadi pada pertempuran sebelumnya.
Saya percaya Israel bukan dikalahkan hanya oleh senjata, meski kubah besinya jebol tapi Israel punya pengasuh yang penyayang, yaitu AS. Perkiraan saya kalau cuma masalah senjata Israel bisa mengatasinya, tapi pengepungan psikis dunia membuat Israel terpaksa angkat bendera putih alias menyerah.
Israel terpaksa mengalah justru karena tekanan psikis, tekanan opini yang memaksa Israel menurunkan gengsinya. Aksi pasukan jari jemari di jagad maya yang menyerang Israel khususnya dari Eropa dan AS membuat Israel kalang kabut. Israel berupaya memadamkan jalur informasi aksi di sosial media dengan "ngajak ngopi" owner Facebook dan platform sosial media lainnya.
Alih - alih facebook bisa menolong Israel justru digebuki, dikeroyok aktivis sosmed di dunia hingga terkapar. Dunia ramai - ramai menggerakan jari mereka dengan satu klik, yaitu mengklik bintang satu. Facebook pun tersungkur, loyo dan sempoyongan melawan komunitas sosial media, pasukan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Pada platform twitter tak kalah dahsyatnya, hastag WeStandWithPalestine juga menjadi trending topik, bukan saja di Indonesia tetapi masuk ke level dunia. Karena isu kemerdekaan Palestina kali ini bekerja cukup masif di dunia.
Pada aplikasi OmeTV, orang Israel selalu dicecar pertanyaan mengapa menyerang Palestina. Hampir semua aktivis muslim dan non muslim yang aktif si OmeTV pasti akan meluncurkan pertanyaan di atas setiap kali ngobrol dengan orang Israel.
Tekanan psikis pun datang dari Erdogan yang menggertak Israel dengan mengajak Vladimir Putin ngopi bareng sembari ngobrolin bagaimana Israel diberi pelajaran karena ulahnya.
Mungkin kalau Erdogan cuma mengajak Malaysia, Yordania, Iran akan lain ceritanya, tapi yang diajak "ngopi" adalah Rusia, jelas persenjataan Rusia Israel pasti tahu, bahaya kalau sampai Rusia salaman dan deal dengan Erdogan lalu mengeksekusi serangan ke Israel, bisa game over Israel.
Tekanan psikis juga datang dari China, dalam berita di Voa, China uring uringan kepada Amerika Serikat atas hak vetonya terhadap Israel. China jelas pada posisi kebetulan, aji mumpung untuk ngepret AS kesekian kalinya, setelah sebelumnya cekcok urusan virus Covid -19.
Tekanan selanjutnya juga datang dari para ahli cyber terutama mereka yang jago ngobrak ngabrik pertahanan cyber, salah satunya adalah yang beredar di media berhasilnya hacker Malaysia menjebol bigdata Israel.
Israel benar - benar terpojok dan klieng- klieng dan ga bisa diobati hak vetonya AS. Kian hari kepala Israel semakin muter dan tambah mubeng ketika pertahanam kubah besinya jebol oleh rudal Hamas. Infrastruktur Israel hancur.
Pada bagian lain, daya tahan dan kecerdasan Hamas membaca sistem pertahanan Israel membuat Israel mesti berhitung ulang, dilanjut atau ngaso dulu nih perang. Dan pilihannya adalah rehat serta memenuhi permintaan Hamas untuk balik kanan meninggalkan Masjid Al Aqsa.
Benar kata ahli sejarah Islam, Budi Azhari bahwa perang dengan Israel itu tidak seseru melawan kaum Arab. Karena tabiat Israel itu perangnya ngumpet atau bersembunyi. Makanya asalkan dikepung, Israel pasti nyerah.
"Makanya surat yang menceritakan kekalahan Yahudi itu ada dalam Qur'an, namanya Surat Al Hasyr, artinya pengepungan," kata Budi Azhari.
Dan perang saat ini Israel benar - benar dikepung, dari arah Palestina Israel harus nyiapin stok senjata melawan Hamas, di sosial media Israel digempur, diuleg dan dipecel dari berbagai arah bahkan di eropa termasuk AS.
Dari Turki dia digertak oleh Erdogan yang "ngajak ngopi" Vladimir Putin dan dari di sekeliing wilayah Israel dihantui oleh Yordan dan Lebanon. Benar benar terkepung kali ini Israel dan akhirnya memilih menyerah, meski saya yakin kapan waktunya Israel pasti akan berisik lagi dan mengganggu dunia yang lagi galau menghadapi Covid -19.
Karnoto
Founder Maharti Networking
0 Komentar