Saat membaca judul tulisan ini sebagian besar akan bertanya, bagaimana mungkin anak akan gemar membaca, kalau dia belum bisa membaca?. Tapi bagaimana kalau pertanyaannya dibalik, bagaimana mungkin anak mau belajar membaca jika dia tidak gemar membaca?
Pertanyaan kedua inilah yang kemudian saya gunakan dalam "mengelola"anak saya. Terlepas dari perdebatan usia ideal belajar calistung termasuk perdebatan kurikulum kelas satu sekolah dasar saat ini yang mengharuskan anak sudah bisa membaca.
Saya hanya ingin berbagi cara yang cukup nyaman untuk menjadikan anak bisa dan gemar membaca. Berawal dari banyaknya orangtua yang mengeluh bahwa anaknya susah sekali diajari membaca kemudian saya membuat riset kecil.
Dan ternyata hasilnya adalah bahwa sebagian besar dari orangtua kurang mengenalkan buku pada anaknya sebelum kemudian menyuruhnya belajar membaca. Sementara saat masuk ke pelajaran membaca, yang kemudian di pelajari anak adalah kata baba, bubu. bibu dan lain -lain yang tidak punya alur cerita sehingga terasa membosankan bagi anak anak.
Dari hasil riset itulah saya menyimpulkan bahwa mengajak anak agar gemar membaca lebih dulu sebelum mengajarkan membaca. Caranya adalah dengan sering membacakan cerita kepada anak.
Cerita apa saja yang disukai anak apakah itu dongeng, kisah kisah spiritual, cerita binatang, teknologi atau lainnya, intinya adalah bercerita sesuai kegemaran anak. Seringkali hingga kita bosan membacakan cerita atau buku itu-itu saja. Tapi ternyata, saat itulah anak memperhatikan tulisan yang tertera dan merekam huruf per hurufnya sebagai lambang-lambang.
Hingga pada saatnya anak siap belajar membaca maka otak mereka sudah mengenali huruf-huruf tadi. Dan selanjutnya kita tinggal memberikan namanya dengan demikian anak akan lebih cepat bisa membaca dan bersemangat belajar membaca karena terdorong juga untuk bisa membaca buku ceritanya sendiri tanpa harus menunggu untuk dibacakan.
Logikanya seperti kita sering melihat orang yang belum kita kenal, tapi orang ini mondar mandir tiap hari di depan kita hingga pada saatnya berkenalan maka kita hanya cukup berkata. oh namanya ini yah.
Itu pula yang terjadi pada anak kita saat kita membacakan cerita berulang ulang hingga saatnya belajar membaca, otanya hanya perlu berkata, oh ini yah yang namya huruf B dan lain sebagainya. Itulah pengalaman saya selama ini semoga tulisan ini bermanfaat.
Murniawati
Ibu Rumah Tangga
Alumni Fisika Univ.Sebelas Maret Solo
0 Komentar