Dalam dunia komunikasi marketing kita mengenal teori product life cycle, yaitu siklus sebuah produk. Ada beberapa tahapan dalam siklus yang dialami oleh sebuah produk dimulai dari introduction (pengenalan), growth (tumbuh), mature (kejayaan) dan decline (kejenuhan). Keempat siklus ini dipastikan pernah dialami seluruh produk. Bahkan produk atau brand ternama sekalipun pasti akan melewati siklus ini.
Nokia misalnya, di tahun 2000 an produk ini berada pada posisi mature atau masa keemasan. Nokia menjadi leader untuk kategori produk handphone. Namun lima tahun kemudian, produk ini mulai sampai pada siklus decline atau masa kejenuhan. Bahkan sekarang mulai ditingalkan oleh customer seiring kemunculan produk - produk baru yang kompatible dengan perkembangan dunia teknologi informasi.
Hal serupa juga dialami produk kosmetik Sari Ayu Martha Tilaar, dimana sebelum digeser oleh Wardah produk ini pun pernah mencapai pada level mature atau keemasan. Dia menjadi leader pasar untuk produk kosmetik. Namun seiring berjalannya waktu Martha Tilaar akhirnya sampai juga pada level decline atau titik kejenuhan para customer.
Dan sekarang yang berada pada titik mature adalah Wardah. Suatu saat nanti pun Wardah perkiraan saya akan mengalami hal serupa. Tentu saja banyak faktor sebagai penyebabnya, beberapa diantaranya adalah kemunculan produk baru yang lebih meyakinkan customer.
Nah ternyata siklus yang pernah dialami produk komersial tersebut juga dialami produk politik, salah satunya adalah politisi. Sering saya tuliskan bahwa personality seseorang itu pada hakikatnya adalah brand atau merek. Oleh karena itu cara kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan produk komersial dalam konteks branding.
Dan product life cycle ini pun pernah dialami para politisi, seperti siklus Soeharto, SBY bahkan Jokowi sekalipun pasti akan mengalami siklus ini. Di kalangan parlemen juga dulu ada sejumlah politisi yang sudah mengalami atau melewati beberapa siklus, sebut saja Fahri Hamzah. Ia berada pada masa keemasan beberapa tahun lalu ketika menjadi Wakil Ketua DPR RI, itulah masa keemasan Fahri Hamzah.
Lalu ada nama Marzuki Alie, mantan Ketua DPR RI, dimana politisi ini juga pernah menikmati masa keemasan pada karir politiknya sampai kemudian ia berada pada titik decline atau masa kejenuhan. Dan masih banyak lagi politisi yang telah melewati empat siklus yang ada pada teori product life cycle.
Saya perlu tegaskan bahwa semua politisi pasti akan mengalami atau melewati siklus ini, sekuat apapun dan sehebat apapun mereka. Yang membedakan hanyalah jedah dari masa mature atau keemasan ke titik decline atau kejenuhan.
Ada yang sampai 20 tahun, 10 tahun, 5 tahun bahkan baru setahun pun sudah terjun bebas ke decline. Ada pula yang stag pada posisi growth atau tumbuh tetapi tidak pernah mencapai titik mature sehingga langsung terjun bebas ke level decline atau dalam bahasa gaulnya baru tumbuh langsung game over. Kasus seperti ini banyak terjadi pada dunia politik karena dinamikanya memang terjadi super cepat, apalagi ketika ada dinamika yang di luar kontrol dan prediksi.
Itulah mengapa para politisi sejatinya memahami teori ini sehingga bisa mengoptimalkan ketika pada masa growth dan mature agar bisa memperlama decline. Kalau pun terjadi decline mereka masih bisa eksis tidak kesepian. Disinilah peran fikiran dan gagasan yang dimiliki seorang politisi akan lebih banyak bekerja.
Ketika seorang politisi mengandalkan kekuasaanya atau saat dia berkuasa maka ketika terjun pada posisi decline tidak ada lagi yang bisa "dijual" selain kenangan saat berkuasa. Jalan fikiran dan gagasan inilah yang menyelamatkan seorang politisi untuk bisa tetap eksis ketimbang hanya mengandalkan kekuasaan.
Karena kekuasaan akan ada limitnya sedangkan fikiran tidak ada, ia akan bekerja dan menyatu dengan pribadi kita sampai kapanpun. Itulah yang membuat nama Soekarno, Muhammad Hatta tetap hidup sampai sekarang.
Siklus ini juga terjadi pada politisi ditingkat lokal atau daerah. Ada seorang kepala daerah atau politisi yang pernah berada posisi kejayaan, tetapi setelah sekian tahun juga akan nyampai juga pada siklus decline. Beberapa diantaranya TB Iman Ariadi, mantan Wali Kota Cilegon. Dulu dia pernah mengalami masa mature atau kejayaan dan setelah sekian tahun akhirnya sampai pada titik decline. Dan masih banyak lagi contohnya baik ditingkat nasional maupun daerah.
Dan sebenarnya siklus ini bukan saja terjadi pada personal brand seorang politisi, tetapi juga pada personality profesi lain, seperti pegawai negeri, birokrat, pengusaha, aktivis dan lain sebagainya.
Karnoto, Founder BantenPerspektif
0 Komentar