Terus terang saya orang yang tidak terlalu menempatkan soal akademik diurutan pertama dalam kesuksesan, bukan tidak menghormati tetapi lebih kepada fakta di lapangan bahwa ternyata sering saya menemukan mereka yang sukses justru berasal dari masa lalu yang secara akademik biasa - biasa saja, artinya terlalu pintar tidak terlalu bodoh pun tidak. Pada akhirnya dalam kehidupan nyata tidak cukup mengandalkan kecerdasan akademik tetapi justru yang dominan itu dari kecerdasan lain, diantaranya kecerdasan sosial.
Inilah mengapa saya tidak begitu memaksa apalagi menekan anak - anak untuk menjadi juara di sekolahnya. Dalam diskusi diantara kami saya selalu mengatakan bahwa kita hidup di Indonesia jadi realitas ini benar - benar harus dipahami oleh anak - anak. Tujuan saya adalah agar mereka ketika suatu saat mendapatkan kelebihan soal prestasi apapun tidak lupa bahwa di Indonesia tak cukup dengan prestasi.
Berapa banyak anak - anak yang dulu beprestasi di sekolahnya tetapi kalah sukses dengan mereka yang akademiknya biasa saja, walaupun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa tak sedikit anak - anak pintar yang sukses. Itulah mengapa saya mewanti - wanti anak - anak agar punya kecerdasan lain selain akademik karena itu tadi kita sedang hidup di Indonesia, dimana ketika masuk dalam dunia kehidupan nyata Indonesia tidak cukup dengan modal kepintaran akademik tetapi harus disupport dengan kecerdasan lain.
Alhamdulillah anak - anak mulai mengerti dengan cerita perjalanan hidup kami dimana ada hal di luar kebiasaan yang saya lakukan karena dengan cara normal tidak bisa ditembus. Saya bersyukur anak - anak mengerti itu sehingga mereka tetap bisa bergaul dengan siapapun dan bisa diterima oleh teman - temannya.
Diterimanya kita diantara pergaulan kita akan memudahkan dalam mewujudkan misi kita yang tidak bisa ditembus dengan kecerdasan akademik melainkan dengan kecerdasan sosial. Saya bersyukur dengan sikap Kakak ketika mulai menjadi perhatian teman - temannya di sekolah pasca dia berhasil menjadi juara dengan rengkin satu di kelas dan rengking dua untuk satu sekolahnya.
Dia tetap mudah bergaul dengan siapapun, tidak menjadikan dirinya menjadi anak yang nyebelin karena kepintarannya tetapi justru semakin menyenangnkan. Saya percaya sikap inilah yang nanti akan menjadi support system ketika dia dewasa.
0 Komentar