Breaking News

Mampu Menggerakan, Kemampuan Anies yang Jadi Kelebihan

 


Salah satu kemampuan yang sejatinya dimiliki seorang pemimpin yaitu mampu menggerakan masyarakat. Jadi, kebijakan yang dikeluarkan tidak menggunakan pendekatan yang penting anggaran keluar melainkan atas dasar filosofi jangka panjang sehingga memiliki emosi bagi publik.


Dan inilah kemampuan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang menjadi kelebihannya. Saya mengamati Jakarta dari kejauhan terkait kebijakan Anies yang selama ini diluncurkan dan semuanya bermuara pada filosofi hasil buah fikiran seorang Anies menatap Jakarta masa depan.


Beberapa contoh saya sebutkan kebijakan Anies yang dilandasi filosofi, pertama kebijakan revitalisasi trotoar. Kali pertama merealisasikan program ini Anies dihujat dan dipertanyakan sebagian publik, terutama mereka yang mengambil posisi di seberang Anies.


Mereka mengatakan untuk apa trotoar direvitalisasi, bukankah persoalan kemacetan itu ada pada transportasi? Itulah headline pertanyaan terkait program revitalisasi trotoar yang dilakukan Anies dan ini pernah ditanyakan Karni Ilyas yang mungkin mewakili publik pada acara ILC di TVOne beberapa tahun lalu.


Dan di acara tersebut Anies juga menjelaskan dengan penuh filosofi dan masuk akal dan sekarang terbukti. Anies saat itu bertanya kepada Karni Ilyas mewakili publik. "Bang Karni, sarana transportasi apa yang dimiliki semua orang?" 


Sebagian besar lalu menjawab sepeda, ada juga yang menjawab motor. Disinilah Anies memang berbeda cara berfikirnya. Dikatakan Anies, sarana transportasi yang dimiliki semua orang bukan sepeda, bukan motor melainkan kaki.


Oleh karena itu, media untuk jalan kaki ini harus menjadi prioritas revitalisasi sebelum transportasi lainnya diperbaiki. Filosofi kedua terkait trotoar menurut Anies adalah bahwa ketika trotoar dibuat nyaman maka disana akan terjadi interaksi sosial, saling tegur sapa dan terjadilah saling pengertian karena ada interaksi sosial yang efektif ketika mereka jalan.


Selain trotoar, Anies juga sempat menjelaskan terkait mengapa pohon yang ditanam di pinggir jalan atau trotoar itu kecil - kecil bukan yang besar sebagaimana sering dilakukan disejumlah daerah.


Ini pernah ditanyakan Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN di podcast pribadinya saat ia mengundang Anies. Disini lagi - lagi Anies menjelaskan filosofi mengapa pohon yang ditanam itu kecil - kecil. Menurut Anies, Jakarta itu kota di Indonesia yang terbanyak gedung - gedung tinggi dan perkantoran. Oleh karena itu, orang jalan ke Jakarta bukan sekadar perjalanan melainkan ingin mendapatkan pengalaman atau cerita.


Pohon kecil yang ditanam di pinggir trotoar akan menjadi pengalaman warga Jakarta. Ketika mereka setiap hari melintas dan melihat pohon itu lalu tidak terasa ternyata pohon itu tumbuh menjadi tinggi maka disitulah mereka akan mendapatkan pengalaman.


Itu hanya dua contoh dari kebijakan Anies yang dilandasi filosofi sehingga wajar dia mampu menjelaskan kepada publik dasar mengapa program dikeluarkan seperti itu. Ada banyak program Anies yang memang filosofis, seperti nama Jaklingko, mengapa di MRT tidak ada tong sampah, mengapa JPO di Jenderal Sudirman yang semula tertutup kini atapnya dibuka dan semua kebijakan Anies dilandasi filosofi sehingga mampu menggerakan.


Itulah mengapa Anies juga tidak khawatir ketika ibu kota Indonesia dipindah. Karena menurut Anies, Jakarta dikenal bukan hanya menjadi ibukota tetapi Jakarta dikenal karena memiliki sejarah kuat tentang kemerdekaan Indonesia. Mayoritas jejak sejarah kemerdekaan adanya di Jakarta.


Apa yang dilakukan Anies sebenarnya sejalan dengan konsep leadership dalam Islam. Dan ini pula yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, para walisongo dan sejumlah ulama dulu saat berdakwah. Bagaimana Rasulullah melakukan dakwah dimulai dari dua kalimat syahadat, ini kalau kita lihat filosofinya adalah kalimat itu memiliki makna sumpah dan menjadi akar bagi seorang Muslim. Ketika akarnya kuat maka kondisi apapun akan tetap mempertahankan kalimat itu.


Bahkan ayat - ayat dalam Al Quran pun cara menjelaskannya banyak sekali kalimat filosofis, diantaranya ayat tentang keutamaan sedekah yang diibaratkan butiran. Setiap satu butiran sedekan maka dia akan tumbuh menjadi 10 dari 10 menjadi 100 dan seterusnya. Ada juga ayat yang menjelaskan secara filosofis tentang suami dan istri, tentang anak dan banyak sekali kalimat filosofi dalam Al Qur'an.


Ini menjadi pesan kita bahwa ketika kita mengerjakan sesuatu maka sejatinya ada statement filosofi yang menjadi pijakan kita sehingga akan tampil dengan berkarakter.


Jadi kalau saya melihat mengapa Anies punya kemampuan menggerakan salah satunya adalah karena dia berpijak pada filosofi sebelum mengeksekusi sebuah kebijakan. Kasus SCBD dengan Citayam Fesyen Week adalah salah bukti soal kemampuan Anies yang mampu menggerakan.


Penulis,
Karnoto
-Founder Citra Media
-Pernah studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta


0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close