Fenomena pertengkaran antar umat islam yang cukup keras dan semakin merengangkan keharmonisan padahal agama Islam mengajarkan keharmonisan.
Awalnya saya tidak begitu yakin dengan prediksi sejumlah ahli bahwa saat ini memasuki krisis sosial setelah melewati krisis kesehatan. Krisis ini pun diperkirakan akan berlanjut ke krisis poltiik dan ini akan lebih mengerikan lagi.
Namun dengan sejumlah fenomena sosial saya akhirnya percaya bahwa saat ini kita sedang memasuki krisis sosial. Kita tahu belakangan muncul fenomena sosial yang menguras emosi, mendangkalkan logika fikir manusia sehat dan mengerutkan dahi kita sebagaimana manusia yang beradab.
Ada fenomena seorang ibu membunuh anaknya, ada fenomena dugaan anak pengelola pondok pesantren hang terjerat kasus pencabulan, asa fenomena dugaan pencabulan yang dilakukan seorang motivator, ada fenomena anak melaporkan ibunya, ada fenomena oknum TNI yang tega menyewa pembunuh bayaran untuk menembak kepala istrinya hingga tewas dan ada fenomena kematian seorang sopir pribadi di rumah dinas pejabat tinggi polri.
Termasuk mungkin fenomena Ciitayam Fesyen Week. Dan boleh jadi fenomena sosial juga muncul di sekitar kita, di dekat rumah kita bahkan mungkin di keluarga kita. Mungkin ini yang disebut krisis sosial.
"Ya ya, dan fenomena sosial itu yang sebelumnya terjadi jauh dari kita, yang cuma kita tahu dari media sekarang terjadi di sekitar kita," kata sahabat saya saat diskusi soal krisis sosial ini.
Belum lagi fenomena pertengkaran antar umat islam yang cukup keras dan semakin merengangkan keharmonisan padahal agama Islam mengajarkan keharmonisan. Ada gerakan Islam yang terlalu ke kanan, tapi ada yang juga mereka yang terlalu ke kiri sehingga tidak akan pernah bertemu.
Dan menurut para ahli juga, krisis ini akan berlanjut pada krisis politik. Inilah nanti puncaknya akan terjadi kekacauan sosial. Yang jadi pertanyaan adalah bagaianana sikap kita menghadapi semua itu.
Bertahan, merapat dengan orang - orang yang sehat fikirnya, itu yang bisa kita lakukan," kata Dokter Tifa pada sebuah acara diskusi via zoom di GeloraTalk beberapa bulan lalu.
Sementara Ahli Sejarah islam, Ustadz Budi Azhari menashati kita agar belajar sejarah Islam. Apa yang terjadi sekarang pernah terjadi juga dimasa lalu, khsusunya masa kenabian.
"Kalau kita ngerti sejarah, mudah bagi kita memperkirakan apa yang akan terjadi setelah pandemi, setelah adanya kekacauan ini," kata Ustadz Budi Azhari dalam ceramahnya.
Sementara Anis Matta memperkirakan akan terjadi goncangan yang luar biasa terjadi dalam skala global dan Indonesia di dalamnya. Mungkin krisis sosial yang terjadi saat ini adakah bagian dari apa yang dijelaskan Anis Matta.
Dan kalau melihat trennya saya kok seperti meyakini bahwa memang benar nanti ada goncangan yang luar biasa. Krisis yang terjadi saat ini memang berbeda dengan krisis 90 an, jika krisis dimasa itu kita dikagetkan dalam sekali momentum krisis maka pada krisis kali ini kita seperti "dibunuh" pelan - pelan.
Yang pasti lebih menyakitkan karena seperti disayat sayat sampai tak berdaya. Lagi - lagi kita mesti berfikir dan bersikap untuk menghadapi ini semua agar kita dan anggota kita tidak menjadi korban krisis ini dan bisa selamat.
Apa saja yang bisa kita lakukan selain bertahan? Pertama kuatkan spiritualitas kita, ini kelihatannya klise tapi akan bermanfaat sebagai benteng pertahanan psikis karena krisis akan lebih banyak menghantam psikis.
Kedua, jangan menyerah menghadapi pergolakan itu semua karena tidak ada jalan lain kecuali dihadapi dengan gagah berani, kecerdasan dan sensitifitas kita mendeteksi hal hal buruk yang akan terjadi.
Penulis,
KaLy Karnoto
0 Komentar