Dok/Foto:Facebook Fraksi PKS Kota Serang |
Dia memang dikenal aktivis idealis sejak mahasiswa. Komitmen soal Keislaman atau dalam bahasa internal komunitasnya biasa dikatakan dakwah tidak diragukan.
Saya mengenal dia sekira tahun 2000-an ketika masih menjadi mahasiswa. Waktu itu dia sudah menjadi aktivis pergerakan, persisnya Ketua KAMMI Daerah Banten, organisasi eksternal kampus yang unik karena tampil berbeda dengan organisasi pergerakan lainnya.
Bang Hasan, demikian saya dan para aktivis lainnya memanggil Hasan Basri, Wakil Ketua DPRD Kota Serang dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dan saya salut sejauh ini dari perkenalan ditahun 2000 sampai sekarang tahun 2023 belum mendengar ada kabar miring soal dia. Meski sekarang menjadi salah satu pimpinan DPRD Kota Serang daya tahan idealismenya masih terjaga.
Soal kekurangan pasti ada, itu manusiawi. Tapi dari sisi kemampuan dia menjaga daya tahan idealismenya sangat luar biasa. Karena sependek pengetahuan saya selama menjadi jurnalis banyak dari mereka yang pada akhirnya jebol ketika dihadapkan pada akses fasilitas yang mudah dan di depan mata.
Bukan cuma terjadi di partai lama atau tua yang berbasis nasionalis, partai berbasis Islam pun ada yang akhirnya terseoak-seok dan terpental karena daya tahannya jebol. Buat mereka yang apes maka masuk penjara, sementara yang belum apes masih bermain - main.
Memang risiko dari idealisme biasanya adalah finansial yang minim. Disinilah sebenarnya pangkal persoalannya sehingga banyak yang terpental. Apalagi menghadapi tekanan finansial yang luar biasa.
Soal itu saya nanti cerita di lain kesempatan sekarang saya ingin kembali kepada sosok Hasan Basri. Jalur karir politiknya secara umum sebenarnya landai dibandingkan aktivis seumuran dia. Mungkin karena dia idealis itu sehingga tidak secepat aktivis yang lain.
Karena menurut cerita yang saya dengar dari Pak Miftah, Eks.Ketua DPW PKS Banten saat itu awalnya Hasan Basri juga menolak dijadikan Ketua DPD PKS Kota Serang. "Ana (saya) ga punya cukup finansial Tadz," begitu alasan dia menolak seperti cerita Pak Miftah.
Bukan uang untuk menyodok jadi Ketua DPD PKS Kota Serang, tapi lebih kepada persoalan personal. Karena ketika menjadi Ketua DPD PKS maka harus totalitas, artinya tidak bisa setengah - setengah sembari mencari nafkah kecuali posisi pemodal.
"Udah rezeki mah nanti nyusul," kata Pak Miftah kepada Hasan Basri dan akhirnya ia menerima posisi itu sampai akhirnya dia nyaleg ditahun 2019 dan terpilih menjadi anggota parlemen DPRD Kota Serang.
Ada satu sisi kepribadian dia yang menjadi alasan mengapa dia disegani, salah satunya adalah dia orangnya hati - hati bener memakai barang orang lain. Kalau sekiranya tidak mendesak maka dia memilih barang miliknya biarpun itu sederhana.
Seingat saya sebelum menjadi anggota DPRD Kota Serang dan Ketua DPD PKS Kota Serang mobil di Katana lama. Warna merah dan mobil itulah yang sering dipakai.
Kalau sekarang karena ada fasilitas kendaraan normatif bagi pimpinan dewan maka dia pakai. Terakhir saya main ke kantornya di dekat rel kereta api Banjar Sari, kantor DPRD Kota Serang.
Ruangannya khas sebagai seorang aktivis, tidak kaku dan mudah ditemui sepanjang memang dia ada di kantor. Dan seringkali saya melihat ruangannya dipakai untuk diskusi anak - anak muda.
0 Komentar